Berkaca Mobil Listrik Hyundai Ioniq 5 Mogok, Pantas Depresiasi Harga Bekas Anjlok Tajam

Moveroad – Peristiwa mobil listrik Hyundai Ioniq 5 mogok di wilayah Bogor, menjadi catatan perjalanan mobil listrik di Indonesia.
Dugaan mogok karena masalah teknis yang disebut produsen Hyundai juga menjadi salah satu indikator depresiasi (penurunan) dari harga mobil listrik ini yang anjlok.
Penurunan harga yang terjadi pada model mobil listrik Hyundai Ioniq 5 Range Signature produksi 2025, salah satunya. Model ini di pasaran mobil bekas harganya turun tajam.
Dari harga baru yang mencapai Rp925,6 juta, di salah satu kanal jual beli mobil bekas OLXmobbi harganya turun menjadi Rp435 juta dengan penurunan sekira 55 persen.
Baca Juga: Agak Lain! Hyundai Ungkap Penyebab Mobil Listrik Ioniq 5 Mogok di Bogor
Chief Commercial Officer OLX, Arief Iskandar, penawaran mobil listrik bekas saat ini lebih banyak ditemui di kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya.
Bahkan angkanya pun disebut tidak sampai satu persen, karena faktor trend mobil listrik baru berkembang dalam dua sampai tiga tahun belakangan ini.
Hal senada diungkap Direktur OLXmobbi, Agung Iskandar, mengungkapkan jika penjualan mobil listrik bekas (battery electric vehicle/BEV) memiliki nilai depresiasi rata-rata 10-15 persen.
Baca Juga: Seberapa Irit Daihatsu Rocky Hybrid Gunakan Mesin Bensin Isi Tenaga Baterai Listrik
“Berdasarkan data internal OLX, rata-rata depresiasi ICE dan HEV berkisar 10–15 persen per tahun. Sementara itu, rata-rata depresiasi BEV mencapai 35–60 persen per tahun,” kata Agung di Jakarta,
Faktor Penyebab Depresiasi Tajam
Agung menjelaskan ada tiga faktor utama yang menyebabkan nilai jual kembali BEV anjlok:
- Pasokan terbatas – Unit BEV bekas masih minim, mengingat lonjakan penjualan mobil listrik baru di Indonesia baru terjadi dalam setahun terakhir.
- Harga baru belum stabil – Tren penurunan harga mobil listrik baru secara global ikut menekan harga jual di pasar sekunder.
- Kredit sulit – Perusahaan pembiayaan (multifinance) masih enggan membiayai pembelian BEV bekas, membuat transaksi kredit sulit dilakukan.
Tantangan Serius Pasar EV Nasional
Fenomena depresiasi tajam ini menjadi hambatan besar bagi akselerasi adopsi mobil listrik di Indonesia. Konsumen yang khawatir akan resale value cenderung menunda pembelian, meski pemerintah terus mendorong elektrifikasi untuk mendukung target net zero emission 2060.
Baca Juga: 9 Keuntungan Servis Mobil Hybrid di Bengkel Terbesar di Indonesia
Di sisi lain, para produsen mobil listrik dari China, Jepang, hingga Eropa yang agresif berekspansi di pasar Indonesia dituntut untuk memberikan jaminan nilai jual kembali lebih baik. Hal ini penting agar konsumen merasa lebih aman berinvestasi pada kendaraan listrik.