Kenali Risiko Menggunakan BBM Kandungan Etanol di Mobil Tahun Produksi Lama
Moveroad – Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan kandungan etanol memiliki dampak pada mobil tahun produksi lama. Dimana kompabilitas material etanol bisa merusak beberapa komponen mesin mobil.
Menurut Guru Besar Fakultas Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) Tri Yus Widjajanto, etanol merupakan aditif nabati yang memiliki kandungan energi lebih rendah dibandingkan bensin.
Terlebih jika bahan bakar yang mengadung etanol tersimpan pada tangki mobil dengan waktu yang cukup lama. Etanol memiliki sifat higroskopis, artinya mudah menyerap uap air dari udara. Kondisi ini bisa menimbulkan masalah serius bila bahan bakar tercampur air.
Dampak Etanol Secara Teknis
Dampak etanol untuk kendaraan produksi lama juga menyangkut kompatibilitas material.
Etanol bisa merusak seal, gasket, dan selang bahan bakar berbahan karet lama.
Baca Juga: Dampak Etanol untuk Kendaraan Lama: Mesin Panas, Seal Rusak, hingga Penurunan Performa
“[Etanol] tidak kompatibel dengan seal dan karet-karet pada kendaraan lawas. Dalam jangka panjang, material itu bisa mengeras, retak, bahkan bocor,” tegas Tri.
Kendaraan modern umumnya sudah didesain agar tahan terhadap etanol hingga kadar 20% (E20), menggunakan material sintetis yang lebih kuat dan sistem bahan bakar tertutup. Namun, untuk kendaraan keluaran sebelum era 2010-an, risiko kerusakan ini jauh lebih tinggi
Tri menjelaskan, salah satu konsekuensi utama dari pencampuran etanol adalah perubahan pada air-fuel ratio (AFR). Kandungan oksigen yang tinggi pada etanol menyebabkan rasio udara-bahan bakar meningkat, sehingga mesin cenderung bekerja lebih panas jika kadar et
Selain itu, etanol memiliki sifat higroskopis, artinya mudah menyerap uap air dari udara. Kondisi ini bisa menimbulkan masalah serius bila bahan bakar tercampur air. “Ketika bensin mengandung air, kadar etanol menurun dan nilai RON otomatis ikut turun. Ini dapat menyebabkan penurunan performa dan potensi knocking pada mesin.
Pemerintah dan industri energi kini semakin gencar mendorong penggunaan bahan bakar ramah lingkungan, termasuk dengan menambahkan etanol ke dalam campuran bensin. Langkah ini sejalan dengan upaya mengurangi emisi karbon dan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Namun, penerapan bahan bakar campuran etanol (bioetanol) ternyata memiliki konsekuensi teknis, terutama bagi kendaraan dengan tahun produksi lama.
Menurut Tri, kandungan energi etanol memang lebih rendah dibandingkan bensin konvensional Kandungan energi etanol berada di rentang 26,8—29,7 megajoule per kilogram (MJ/kg), sedangkan bensin mencapai sekitar 40 MJ/kg,” jelasnya.
Artinya, saat etanol dicampurkan dengan bensin, kandungan energi total bahan bakar akan menurun sekitar 1% tergantung kadar campurannya. Kondisi ini yang juga diperkirakan menjadi pertimbangan SPBU swasta yang sedang diarahkan membeli BBM milik Pertamina ditengah kelangkaan stok bbm SPBU swasta.



