Perbedaan Mesin K15B dan K15C Suzuki Fronx, Kenali Plus Minusnya

Moveroad – Pengembangan mesin K series milik Suzuki yang saat ini sudah 31 tahun masih tetap menjadi andalan berbagai model mobil Suzuki. Mesin ini memiliki berbagai volume kubikasi mulai 700 CC sampai 1.500 Cc.
Di atas kertas mesin K series Suzuki memiliki blok silinder alumunium dengan jumlah 3 dan 4 silinder segaris dengan sistem DOHC. Hingga kini mesin racikan Suzuki yang dikenal memiliki banyak keunggulan juga disematkan pada Suzuki Fronx.
Dua model mesin K series yang ditawarkan Suzuki Fronx yakni mesin berkode K15B dan K15C yang secara karakteristik memiliki perbedaan masing-masing, sesuai kebutuhan konsumen. Mesin generasi terbaru dari generasi sebelumnya K14, ini juga ditanamkan pada beberapa model salah satunya seperti Ertiga.
Lantas, apa yang menjadi perbedaan dua mesin yang masih dalam satu platform K series. Pada mesin K15B, memiliki konfigurasi 4 silinder segaris DOHC dengan sistem multi point fuel injection (MPFI) yang menghasilkan tenaga 104,6 Tk pada putaran 6.000 rpm. Sedangkan torsinya mencapai 138 Nm pada 4.400 rpm.
Seluruh tenaga tersebut disalurkan ke roda belakang melalui pilihan transmisi manual 5 percepatan dan matik 4 percepatan. Karakter mesin ini, diperuntukkan bagi konsumen yang membutuhkan performa mesin yang lebih besar.
Sedangkan mesin K15C yang menjadi salah satu jawaban produsen Suzuki terhadap kebutuhan emisi rendah dan konsumsi bahan bakar yang lebih efisien menjadi solusi yang ditawarkan untuk pasar otomotif di Indonesia.
Mesin K15C sendiri memiliki konfigurasi yang sama 4 silinder DOHC segaris dengan MPFI. Tenaga yang dihasilkan mesin ini hanya 100,6 TK pada 6.000 rpm serta torsi 135 Nm pada 4.400 rpm. Kelebihan dari mesin ini, memiliki konsumsi BBM yang lebih efisien dibanding K15B.

Terlebih teknologi Smart Hybrid Vehicle by Suzuki (SHVS) menjadi solusi bagi trend kendaraan ramah lingkungan dan efisien dalam penggunaan bahan bakar kendaraan.
Direktur Pemasaran 4W PT SIS Harold Donnel, menyebut jika dua mesin ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan dan hadir untuk memenuhi kebutuhan konsumen. “Mesin K15B hadir untuk memenuhi kebutuhan performa maksimal, sedangkan K15C lebih pada efisiensi BBM,” ujarnya.
Dengan dua mesin tersebut, produsen Suzuki sendiri, masih tetap mempertahankan segmen model kendaraan yang menyasar segmen pasar lebih besar yakni dikisaran harga mobil Rp300 jutaan. Hal ini menjadi strategi melalui dua pilihan mesin K series.
Terlebih mesin K15C yang belakang turut menopang penjualan mobil Suzuki di tanah air. mobil ramah lingkungan bukan lagi sekadar alternatif. Situasi tersebut tercermin pada retail sales mobil penumpang Suzuki bulan April 2025.
Dimana penjualan model hybrid berkontribusi 51 persen. Capaian ini merefleksikan permintaan tinggi sekaligus perubahan sikap pengguna menuju preferensi kendaraan beremisi rendah. Penerimaan pasar terhadap teknologi hybrid menjadi solusi mobilitas berkelanjutan yang mudah dan dapat diandalkan serta sesuai kondisi Indonesia.
Keberhasilan ini lebih dari sekadar momen musiman atau keberuntungan. Tren solid ini telah dibangun sejak awal tahun, dimulai dengan kontribusi penjualan model hybrid 46% pada Januari 2025, tumbuh menjadi 47% pada Februari.
Kemudian mencapai puncaknya pada bulan Maret sebesar 52%. Pertumbuhan tersebut dibentuk oleh keyakinan konsumen untuk memiliki dan menggunakan mobil hybrid Suzuki, dimana dua dari tiga model merupakan buatan dalam negeri.
Kecepercayaan pelanggan tidak lepas dari asal usul merek yang terpercaya dan teruji seperti Suzuki. Lebih meyakinkan lagi, 83% dari keseluruhan model hybrid terjual selama 4 bulan tersebut merupakan produksi Indonesia.
Tepatnya dari pabrik Suzuki Cikarang, Jawa Barat. Lokasi manufaktur menjadi alasan kuat bagi konsumen ketika mengambil keputusan jangka panjang, karena komitmen produsen merupakan pemberi ketenangan bagi pelanggan selama menggunakan mobilnya.