Depresiasi Tajam Mobil Listrik: Harga Bekas Anjlok hingga 70% dalam Dua Tahun
Moveroad – Pasar mobil listrik di Indonesia tengah menunjukkan pertumbuhan signifikan. Namun di sisi lain, fenomena harga jual kembali (resale value) yang merosot tajam menjadi perhatian besar.
Berdasarkan pengamatan di berbagai bursa kendaraan, nilai jual mobil listrik bekas turun hingga 50–70% dalam dua tahun pemakaian. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding mobil bensin atau hybrid yang depresiasinya relatif stabil.
Menurut pengamat otomotif sekaligus akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Pasaribu, penyebab utama depresiasi ekstrem mobil listrik ada pada kekhawatiran terhadap daya tahan baterai.
Baca juga: Kenali Perbedaan Garansi Mobil Listrik Wuling Darion Dibanding PHEV
“Baterai merupakan komponen paling mahal dalam mobil listrik. Penurunan performa baterai seiring waktu membuat konsumen khawatir terhadap biaya penggantian yang bisa mencapai ratusan juta rupiah,” ungkap Yannes.
Dengan komponen utama yang berisiko mengalami degradasi dan biaya penggantian tinggi, pembeli cenderung menghindari mobil listrik bekas yang sudah berusia lebih dari dua tahun.
Infrastruktur Pengecasan Masih Terbatas
Selain isu baterai, minimnya infrastruktur pengisian daya (SPKLU) turut memperburuk persepsi pasar.
Meski di kota besar fasilitas charging mulai bertambah, namun penyebarannya belum merata hingga ke daerah.
Baca juga: BYD Perkuat Pasar Mobil Listrik di Indonesia Timur, Resmikan Tiga Diler Sekaligus di Sulawesi
Hal ini membuat calon konsumen ragu untuk memiliki mobil listrik bekas yang garansinya sudah menipis dan tanpa dukungan pabrikan secara penuh.
Teknologi EV Terus Berkembang, Mobil Lama Jadi “Ketinggalan Zaman”
Kecepatan inovasi teknologi EV juga memberi efek domino terhadap harga bekas. Setiap tahun, produsen mobil listrik menghadirkan baterai lebih besar, waktu pengecasan lebih cepat, dan efisiensi motor yang lebih baik.
Akibatnya, mobil listrik keluaran dua atau tiga tahun lalu dianggap “ketinggalan teknologi” dan nilainya langsung turun di pasar sekunder.
Perbedaan Pandangan Antar Generasi
Fenomena depresiasi juga memperlihatkan perbedaan sikap antar generasi pembeli mobil di Indonesia.
- Baby Boomers & Gen X: masih fokus pada resale value dan menganggap mobil sebagai aset jangka panjang.
- Milenial & Gen Z: lebih menekankan gaya hidup ramah lingkungan dan efisiensi operasional, meski resale value rendah.
Menurut Yannes, ini menandakan pergeseran paradigma kepemilikan kendaraan dari aset finansial menjadi simbol gaya hidup dan kesadaran lingkungan.



