Belum Dapat Izin Operasikan Mobil Otonom di Eropa, Elon Musk Dibungkam Perangkat Lidar

Moveroad – Elon Musk tampaknya geram dengan regulasi yang ada di Eropa terkait permohonan izin pengoperasian full self driving atau mobil otonom. Hingga kini perusahaannya masih terganjal regulasi tersebut.
Sebagai bos besar mobil listrik Tesla yang memiliki pengembangan teknologi seperti full self driving (SFD) atau otonom, Elon Musk telah melakukan uji coba di salah satu jalan kota tersibuk di Paris dan berhasil melewati jalan tersebut dengan aman.
Dan keberhasilan teknologi otonom pada mobilnya disebut mampu memberikan keamanan dan keberhasilan saat melewati jalan tersebut. Tetap saja regulasi Eropa masih harus mengkaji dampak risiko yang bisa terjadi.
Baca Juga: Toyota Bukan Lemah Soal Mobil Listrik, Sampai Gandeng Huawei dan Xiaomi
Meski Tesla di Amerika telah mendapatkan persetujuan untuk penggunaan teknologi otonom di negaranya, Elon Musk mengaku sangat memahami perbedaan peraturan dan persyaratan yang ada di Eropa.
Alhasil Musk saat ini tengah geram, karena teknologi otonom pada mobil hingga saat ini masih belum bisa mendapatkan izin, dari perhitungan yang diinginkan dirinya. Bahkan rasa frustasi muncul karena hal tersebut.
Di Eropa sendiri, seperti dilansir Insideevs Minggu (15/6) produsen otomotif yang sudah mendapatkan izin mengoperasikan mobil otonom hanya Mercedes Benz. Secara teknologi lembaga pemberi izin, menilai teknologi yang dimiliki Mercy lebih aman.
Baca Juga: Pernyataan CEO Mitsubishi Fuso Merger dengan Hino
Mercedes Benz menggunakan Lidar sebagai salah satu perangkat yang sangat mendukung keamanan maupun teknologi pintar buatan yang menjadi utama pengoperasian mobil otonom yang ada di jalan raya.
Teknologi otonom Mercedes-Benz diizinkan untuk mengaktifkan mengemudi otomatis Level 3 di UE. Pengemudi mengaktifkan otonom di kendaraan Mercedes dengan kecepatan hingga 59 mph (95 km/jam), tetapi hanya di jaringan autobahn Jerman (yang luas).
Sedangkan Tesla tidak memiliki Lidar atau radar dan mengandalkan rangkaian kameranya (dan beberapa jaringan saraf yang berjalan pada superkomputer) untuk memahami apa yang terjadi di sekitarnya dan bagaimana cara bereaksi.