Penjualan Motor Listrik Anjlok Sepanjang 2025, Pasar Lesu Akibat Ketidakpastian Subsidi
Moveroad — Kondisi ekonomi yang penuh tantangan, turut berimbas pada penjualan sepeda motor listrik di Indonesia turun tajam sepanjang 2025. Hingga September 2025, distribusi unit ke pasar domestik tercatat hanya 16.586 unit, jauh di bawah capaian tahun sebelumnya ketika program subsidi pembelian kendaraan listrik sebanyak 63.416 unit.
Pelemahan ini menandai kelesuan pasar kendaraan roda dua elektrifikasi, di tengah ketidakpastian pemerintah mengenai kelanjutan insentif subsidi Rp7 juta per unit yang sebelumnya mendorong lonjakan permintaan di 2024.
Kondisi yang terus turun, berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), penjualan motor listrik nasional terjadi sejak awal tahun. Ketua Bidang Komersial AISI, Sigit Kumala, menyebut bahwa hingga akhir kuartal III/2025, total distribusi motor listrik baru mencapai 16.586 unit, dengan Honda sebagai merek paling dominan.
Baca Juga: Skuter Matik Yamaha Classy Tak Hanya Jual Tampang, tapi Tangguh Tembus Bromo
“Januari sampai September 2025 totalnya 16.586 unit. Honda paling banyak,” ujar Sigit Kumala, dikutip Senin (13/9/2025).
Sigit menambahkan, hanya sedikit anggota AISI yang memasarkan motor listrik secara aktif. Saat ini, produsen yang sudah menawarkan model EV di antaranya Honda, TVS, dan Kawasaki, sementara Yamaha dan Suzuki masih menunggu waktu peluncuran produk elektrifikasinya di pasar domestik.
Honda sendiri memiliki beberapa lini EV seperti EM1 e:, EM1 e:+, ICON e:, dan CUV e: — dengan model terakhir disebut-sebut menjadi kontributor terbesar terhadap penjualan Honda di segmen motor listrik tahun ini.

Aismoli Angkat Bicara Soal Subsidi
Kondisi serupa juga tercermin dalam laporan Asosiasi Industri Motor Listrik Indonesia (Aismoli). Ketua Umum Aismoli, Budi Setiyadi, menjelaskan bahwa ketiadaan program subsidi pembelian motor listrik di tahun 2025 berdampak langsung pada penurunan minat beli konsumen.
“Tahun 2025 ini belum ada subsidi. Kalau dibandingkan year-on-year dengan 2024, tentu tidak sebanding. Tahun lalu, saat subsidi berlaku, pertumbuhan penjualan tinggi,” ujar Budi.
Baca Juga: MAKA Motors Perluas Jaringan Servis Perawatan Motor Listrik
Menurut Aismoli, penjualan anggota asosiasi pada semester pertama 2025 hanya berkisar antara 11.000–12.000 unit, jauh di bawah performa 2024 yang mampu mencapai 60.000–70.000 unit berkat dukungan insentif pemerintah.
Kepastian Subsidi Masih Tertunda
Program subsidi kendaraan listrik yang diluncurkan pemerintah sejak 2023 sempat memberikan dorongan signifikan terhadap pasar motor listrik nasional. Namun, memasuki 2025, belum ada kejelasan mengenai alokasi anggaran dan mekanisme penyaluran subsidi tahap berikutnya.
Ketiadaan kepastian ini membuat banyak calon pembeli menunda keputusan pembelian, mengingat harga motor listrik tanpa subsidi masih terpaut cukup jauh dibanding model konvensional berbahan bakar bensin.
“Banyak masyarakat yang menunggu kepastian subsidi. Tanpa insentif harga, selisih dengan motor konvensional masih terlalu besar,” ujar salah satu pengamat otomotif nasional.
Produsen Berupaya Menahan Penurunan
Untuk menjaga minat konsumen, sejumlah produsen seperti Polytron, Alva, Honda, dan TVS berusaha mempertahankan daya saing melalui program diskon internal, promo pembiayaan ringan, hingga bundling dengan layanan purna jual.
Meski demikian, langkah tersebut dinilai belum cukup untuk mengimbangi dampak hilangnya subsidi. Sebagian produsen bahkan menahan ekspansi model baru sambil menunggu kejelasan arah kebijakan pemerintah.
Pelaku industri menilai, jika kepastian subsidi tidak segera ditetapkan, target pemerintah untuk mempercepat transisi menuju kendaraan listrik berpotensi melambat.
“Subsidi bukan sekadar stimulus jangka pendek, tapi bagian dari strategi jangka panjang untuk menciptakan ekosistem EV yang berkelanjutan,” ujar Budi Setiyadi.



